Restorasidaily.com | SIMALUNGUN
Meski sudah berulang kali diberitakan oleh beberapa media cetak dan online sejak Tahun 2011 silam, hingga kini, keberadaan Nek Painem di gubuk reyot berdinding tepas bambu tua ini tak kunjung memperoleh perhatian khusus dari Pemkab Simalungun.
Bahkan, DR.JR Saragih,SH,MM yang telah menjabat sebagai Bupati Simalungun sejak Tahun 2010, tak pernah sekalipun berkunjung untuk melihat kondisi gubuk reyot Nek Painem yang hidup sebatangkara selama puluhan tahun dengan kondisi gubuk yang tiang-tiang kayunya sudah digerogoti rayap, serta atap gubuk telah berlubang tersebut.
Gubuk reyot Nek Painem ini berada di Huta II Nagori Karangsari, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, sudah selayaknya diperbaiki agar dirinya merasa nyaman hidup dan bertempat tinggal semenjak ditinggal mati suaminya Sariun sejak 1986.
Meski hidup dalam serta kekurangan, Nek Painem tetap tidak putus asa. Selain mendapat bantuan dari warga sekitar untuk kebutuhannya, Nek Painem yang berbalut kulit keriput dan rambut yang sudah memutih terlihat tak lagi kuat dan membuatnya terpaksa hidup untuk sekadar makan dan minum saja, dengan berharap dari belas kasih warga sekitar.
Kesedihanpun sangat terlihat dari mata sang nenek meski ia tersenyum kecil, ketika dirinya menceritakan sedikit tentang keadaan gubuk miliknya, tak dapat dipungkiri ketika hujan tiba gubuk kecil miliknya, sang nenek harus menahan rasa dingin akibat hampit seluruh dinding dan atap gubuknya. Bahkan di dalam kamarnya terdapat banyak sarang laba laba yang menandakan bahwa sang nenek memang tidak mampu berdiri karena usianya yang semakin tua.
Menurut Nek Painem, semenjak dirinya ditinggal almarhum suaminya Sariun, ia harus menjalani hidup sendiri sampai akhirnya Nek Painem tidak mampu untuk berjalan dan hanya mampu mengesot dan merangkak untuk meraih sesuatu.
”Sejak suami meninggal, aku hidup sendiri, dulunya aku bisa jalan tapi lama-lama terasa susah berjalan mungkin karena sudah tua, hingga akhirnya seperti ini cuma bisa merangkak dan mengesot kalau mau memasak atau mau ke kamar”, ujar Nek Painem
Sementara itu, terkadang untuk makan sehari-harinya, warga sekitar yang ibah sering memberikan makanan dan bahkan salah seorang warga juga kerap membantu sang nenek untuk memasak dan membersihkan rumahnya. Meski demikian Nek Painem masih mampu menahan diri untuk tidak meminta-minta kepada warga meski terkadang kalau kebutuhan dapur sudah habis ia hanya bisa menahan lapar dan tidur dengan penerangan dari sebuah lampu teplok.
“kadang saya kemari untuk membantu nenek masak atau membersihkan rumah, kadang kadangpun nenek ini juga cerita kalau kebutuhan dapurnya sudah habis dia menahan lapar dan nggak pernah mau meminta minta. Kamu juga prihatin melihat kondisi sinenek ini pak, kadang kalau hujan ya kehujanan karena rumahnya sudah pada bolong dana kalau tidurpun cuma pakai lampu teplok”, ucap Ngatiem, tetangga Nek Painem yang malang tersebut.
Hingga saat ini, sang Nenek hanya bisa pasrah akan kondisinya yang sangat mengharukan dan tinggal digubuk yang hanya beralasakan tanah. Semoga, Bupati Simalungun, DR.JR Saragh,SH,MM yang memiliki slogan “Semangat Baru Sumut” itu juga memiliki “Semangat” untuk memperbaiki gubuk reyot Nek Sainem, nantinya.
Penulis ; Nandho
Editor ; Hendro Susilo