Restorasidaily.com | SIMALUNGUN
Pasangan bakal calon gubernur-wakil gubernur Sumatera Utara, JR Saragaih-Ance Selian sepertinya bakal sulit memperoleh suara di Pemilukada Tahun 2018 pada tanggal 26 Juni yang akan datang.
Itu dikarenakan, pasangan yang mendengungkan slogan “Semangat Baru Sumut”, tidak memiliki keberanian untuk membuat sekaligus menandatangani Kontrak Politik yang secara moral akan dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat.
“Tidak, kami tidak berpikir untuk membuat kontrak politik apapun kepada masyarakat”, ucap JR Saragih saat diwawancarai wartawan Restorasidaily.com, di sela-sela acara pemberangkatan dirinya sebagai calon gubernur sumatera utara, di Pematangraya, Sabtu (27/1/2018).
Pernyataan JR Saragih tersebut, tidak menutup kemungkinan mengakibatkan berkurangnya rasa simpati masyarakat untuk memilih dirinya sebagai gubernur sumatera utara periode 2018-2023. Kontrak politik dirasa lebih terhormat dibanding dengan upaya “money politik” secara terselubung yang mungkin dilakukan demi meraih suara.
Sebelumnya, di hadapan ribuan masyarakat, JR Saragih didampingi Ance Selian membuat pernyataan, berjanji menjalankan amanah jabatan jika kelak terpilih sebagai Gubernur untuk bisa menyentuh seluruh masyarakat di Sumatera Utara untuk menjadikan Sumatera Utara kembali berjaya.
“Apa yang saya lakukan buat masyarakat karena saya tidak gila jabatan, saya tidak gila kekuasaan tetapi keinginan hidup saya adalah untuk melayani masyarakat. Dengan melayani masyarakat, maka mereka bisa hidup sehat serta bisa tersenyum dan itu membuat saya bahagia,” bebernya.
Pada acara memberangkatkan (Paborhathon), JR Saragih memberikan apresiasi kepada tokoh agama, santri, tokoh masyarakat, kaum ulama, pondok pesantren yang mendoakan dirinya dan Ance menjadi pemimpin dan pelayan buat masyarakat.
Sementara Ance Selian menuturkan, melihat niat dan etika baik dari JR Saragih, maka pihaknya yakin Sumatera Utara akan menjadi lebih baik, percepatan pembangunan juga bisa dirasakan oleh masyarakat di Sumatera Utara.
“Bagi JR Saragih semua sama, tidak melihat kulit serta warna dan tidak pernah membedakan satu sama lain. Semua dianggap sama karena di dalam diri Beliau (JR Saragih-red) membangun Indonesia penuh dengan kebhinnekaan,” sebutnya. (Silok)