Restorasidaily.com | KARO
Letusan abu vulkanik Gunung Sinabung yang cukup dahsyat, Senin (19/2/2018) pagi sekira pukul 07.30 WIB hingga pukul 08.47 WIB, mengakibatkan kehidupan petani semakin terjepit. Itu dikarenakan areal pertanian milik warga luluh lantak akibat tebalnya erubsi abu vulkanik Gunung Sinabung,
Dampak letusan abu vulkanik yang cukup tebal, merusak berbagai jenis tanaman pertanian di sejumlah kecamatan. Petani mengalami kerugian besar karena tidak dapat memproduksi secara maksimal. Hasil panen menurun tajam, mempengaruhi daya beli masyarakat yang juga menurun tajam.
Erupsi Sinabung dipastikan meluluhlantakkan sejumlah lahan pertanian, khususnya di Kecamatan Payung, Tiganderket, Naman Teran dan Simpang Empat serta di Kecamatan lain yang berakibat pasokan sayur dan buah dari Kabupaten Karo ke Kota Medan terganggu.
Kepada wartawan Restorasidaily.com, sejumlah petani mengungkapkan bahwa areal pertaniannya luluh lantak akibat dahsyatnya semburan abu vulkanik GunungbSinabung yang juga disertai batu-batu kerikil.
Dedi Fernando Ginting, petani dari Desa Perbaji Kecamatan Tiganderket mengaku tanaman tomatnya yang baru berumur satu bulan dengan jumlah 2500 batang sudah tidak mungkin lagi dipanen.
Bukan cuma sekali ini saja tanamannya gagal total akibat hantaman abu Sinabung, sebelumnya juga, tanaman kentang miliknya gagal panen akibat abu erupsi Sinabung.
“Hancur semua, kami berharap Pemkab Karo memperhatikan kondisi petani yang sangat terpukul akibat bencana erupsi Sinabung yang tidak kunjung berhenti,” harapnya.
Hal yang sama diungkapkan petani dari desa Batukarang Kecamatan Payung, Frans Maradona Bangun, Usman Ginting, Sikap Tarigan dan Rekro Tarigan. Letusan abu vulkanis Sinabung tadi pagi cukup dahsyat, ujar mereka.
“Puluhan hektar tanaman warga desa Batukarang seperti cabai, kol, padi sawah, tembakau, kopi dan tomat luluh lantak akibat tebalnya abu vulkanik Sinabung. Apalagi yang bisa kami harapkan kalau tanaman-tanaman kami sudah rusak semua. Belum lagi kerusakan seng rumah penduduk yang banyak bocor,” tutur mereka.
Petani makin stres, areal pertanian rusak, seng rumah juga rusak, sementara kami warga desa Batukarang tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. “Dari awal bencana Sinabung sejak tahun 2010 lalu, kami tidak pernah mendapat bantuan, alasannya karena desa kami tidak berada di kawasan berbahaya (zona merah), desa kami berada di radius 7 km dari Gunung Api Sinabung,” ungkapnya.
Ditambahkan Frans Maradona, kami tidak tahu lagi mau bilang apa, kami sudah pesimis, sementara beban hidup cukup berat, keluhnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Sarjana Purba ketika dikonfirmasi membenarkan kerusakan pertanian warga akibat tebalnya abu vulkanik Sinabung. Kami belum dapat memastikan kerugian yang dialami petani di sekitar lereng Sinabung maupun yang di luar kawasan itu.
“Belum dapat diprediksi sekarang berapa luas pertanian yang rusak dan berapa kerugian yang dialami petani. Petugas kami sedang di lapangan mendata areal pertanian warga,” ujarnya.
Petani Kabupaten Karo selama ini menjadi pemasok utama sayur dan buah untuk Medan dan wilayah lain di provinsi Sumut. Terganggunya pasokan sayur dan buah asal Karo telah mengakibatkan harga di Medan dan Sumut berfuktuatif. (Anita)
Keterangan Foto :
Tanaman tomat milik Dedi Fernando Ginting di desa Perbaji Kecamatan Tiganderket terlihat luluh lantak akibat dahsyatnya abu vulkanik Sinabung
