Restorasidaily.com | TAPANULI TENGAH
Penyakit Tetelo (Newcastle Diseas) atau sering disebut Samper Ayam sedang melanda Kelurahan Lubuk Tukko, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Akibatnya, ratusan ayam ternak bermatian akibat terserang virus paramyxo sehingga terjadi infeksi viral yang berakibat gangguan pada saraf pernafasan.
Peristiwa merebaknya virus/penyakit tetelo langsung disikapi serius oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan melakukan otopsi terhadap ayam yang mati tersebut.
“Untuk pastinya kita autopsi, kita belah, terkena penyakit tetelo atau tidak?”, kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Tengah, drh Iskandar, Kamis (22/2/2018).
Disebutkan, hewan ayam yang tergolong jenis unggas sangat rentan terkena 20 jenis penyakit. Untuk penyakit tetelo, termasuk sebagai penyakit paling ganas karena penyebarannya sangat cepat dan luas. Dalam kurun waktu 3 hingga 4 hari seluruh ternak akan terinfeksi dan biasanya virus Paramyxo ini ditularkan melalui burung liar.
“Penyakit ayam ini lebih 20, gejalanya mirip-mirip semuanya. Yang bisa menentukan arah diagnosanya hanya dari kotoran ayam, warna apa, seperti apa bentuknya, baru bisa kita diagnosa,” tuturnya.
Proses otopsi terhadap ayam, menurut drh Iskandar, akan dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan untuk memperoleh hasil diagnosa terakhir, jenis penyakit yang menyebabkan kematian ayam-ayam milik warga itu.
“Bisa, pokoknya ada ayam mati, dibelah, besok pagi (diotopsi-red),” kata Iskandar.
Nurningsih, salah satu peternak ayam kampung menceritakan, kematian ternak ayam itu sudah terjadi sejak 2 hari terakhir. Kematian terjadi dalam waktu cepat. Kematian diawali dari badan ayam yang mendadak panas tinggi dan lumpuh.
“Waktu yang singkat, jangankan ayam yang sedang dilepas, yang sedang mengeram juga ikut terkena,” kata Nurningsih kepada wartawan.
Nurningsih mengaku khawatir dengan kematian mendadak puluhan ternak ayam miliknya itu.
Akibat kematian puluhan ayam menyebabkan dia merugi dalam jumlah besar. Tak hanya dirinya, sejumlah peternak ayam kampung lainnya di kelurahan tersebut mengeluhkan hal serupa.
“Ayam di kampung ini semua pada mati, bahkan satu kandang ludes habis bermatian. Semua rata-rata ayam kampung yang mati. Kalau sudah kayak gini, rugi jugalah kami. Biaya pakan saja sudah berapa yang keluar,” keluhnya.
Nurningsih pun berharap kasus ini bisa ditindaklanjuti instansi terkait. Agar wabah kematian unggas itu tidak menyebar ke para peternak lainnya.
“Harapannya kepada Dinas Pertanian dan peternakan bisa langsung meninjau, karena kita takut terjangkit penyakit flu burung,” pintanya.
Penulis : Hendra Simanjuntak
Editor : Hendro Susilo
