Restorasidaily | PEMATANGSIANTAR
Aliansi Mahasiswa Cipayung Plus Kota Pematangsiantar yang terdiri dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND), dan Komunitas Usi Berpikir (Kupikir) menggelar aksi damai, di sejumlah ruas jalan, Selasa (27/8/2019) sekira jam 10.00 WIB.
Saat berorasi, May Luther Dewanto Sinaga mengajak seluruh masyarakat Kota Pematangsiantar untuk bijak dalam menyikapi apa yang dialami oleh beberapa mahasiswa Papua, beberapa hari lalu. Indonesia yang terbentuk dari berbagai perbedaan, baik dari Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), kemudian disatukan dalam Bhineka Tunggal Ika. Hal itu pun merupakan sebuah entitas khas yang diwariskan oleh para pendiri bangsa Indonesia.
“Aksi ini bertujuan untuk menyerukan kepada masyarakat agar tidak terprovokasi dan senantiasa menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia”, ungkap Alboin Samosir selaku ketua PMKRI.

Aksi damai itu direspon oleh Kabag Ops Polres Pematangsiantar, Kompol Biston Situmorang, sepakat bahwa NKRI merupakan harga mati.
“Kami berterimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang ikut membantu dalam mengawal NKRI adalah harga mati. Kami dari pihak kepolisian akan tetap mendukung segala aspirasi yang mengutamakan kesatuan bangsa”, ucapnya mewakili Kapolres Pematamgsiantar, AKBP Heribertus Ompusunggu.
Dari aksi damai tersebut, ada empat poin yang menjadi tuntutan dari CIPAYUNG Plus Kota Pematangsiantar, yakni :
1. Meminta kepada pemerintah Republik Indonesia bertanggungjawab dan meminta maaf kepada masyarakat Papua.
2. Menindak tegas pelaku rasisme dan represif terhadap masyarakat Papua.
3. Mendesak negara untuk segera membuka dialog dengan masyarakat Papua.
4. Peningkatan dan berikan akses pendidikan, ekonomi, dan politik kepada masyarakat Papua.
Aksi damai itu berakhir di Jalan Merdeka dan massa kemudian membubarkan diri.(EP/LP).
Advertisement. Scroll to continue reading.
