Restorasidaily | PEMATANGSIANTAR – SIMALUNGUN
Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau berdampak buruk pada kualitas udara. Kondisi itu juga mulai melanda wilayah Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Oleh sebagian masyarakat terkhusus yang memiliki penyakit jantung, paru serta yang berusia lansia, ibu hamil dan anak-anak, mulai merasakan dampak kabut asap tersebut.
Namun anehnya, hingga kini belum ada pemberitahuan ataupun upaya konkret dari para pejabat di kedua wilayah itu, dalam mengantisipasi pengaruh kabut asap yang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dari pantauan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sudah menunjukkan angka mengkhawatirkan.
“Lihatlah ke awan. Cuaca seolah mendung mulai pagi hari. Padahal itu pengaruh kabut asap sudah terasa di siantar ini. Berpengaruh pada pernafasan dan mata terasa perih, karena udara sudah tak begitu segar lagi”, ucap L Purba, warga Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar, Sabtu (21/9/2019).
Hal serupa juga disampaikan, E boru Saragih (32). Menurut warga Kecamatan Panombeian Pane itu, pengaruh kabut asap terlihat jelas pada kondisi cuaca yang tampak di langit pada siang hari. Bagi masyarakat yang menderita penyakit jantung, sesak nafas (paru) serta yang berusia lansia, ibu ha,il dan anak-anak, sangat rentan menerima dampak buruk akibat merasakan pengaruh kabut asap karhutla dari Provinsi Riau.
Himgga berita ini diterbitkan, Kepala BPBD Kota Pematangsiantar, Midian Sianturi belum berkenan memberikan tanggapan setelah dikonfirmasi wartawan Restorsidaily.com. Begitu juga dengan para pejabat Pemkab Simalungun juga belum ada yang bisa dimintai keterangan tentang uapaya pengantisipasian kabut asap karhutla tersebut.(Silok)
