Restorasidaily | PEMATANGSIANTAR
Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke 91 Tahun, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Siantar-Simalungun Komisariat Universitas Simalungun Indonesia menggelar kegiatan diskusi cerdas, Senin (28/10/2019). Kegiatan itu dilaksanakan di Aula Fakultas Hukum Universitas Simalungun (FH-USI), dengan mengambil tema “Sumpah Pemuda Dalam Kacamata Milenial “.
Alboin Samosir, satu diantara beberapa pembicara pada diskusi, memulai pemaparannya dengan mengutip pernyataan Pramudya Ananta Toer yakni “Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika orang muda sudah mati rasa, maka matilah sejarah bangsa.”
Ketua Presidium PMKRI Pematangsiantar ini memaparkan, pemuda harus merefleksi dan belajar dari sejarah. Yang mana, setiap terjadi perubahan di Indonesia karena adanya pemuda.
“Tahun 1965 dan Tahun 1998, tidak terlepas dari pergerakan para pemuda, tetapi pemuda jangan terjebak dengan glorifikasi masa lalu. Pemuda menurutnya, harus sadar bahwa mereka juga memiliki peran bagi keberlangsungan bangsa”, ujar Alboin.
Sementara, akademisi USI, Dian G Purba SE MSi mengemukakan bahwa dengan melihat kondisi pemuda saat ini, maka sangat tidak mungkin untuk berharap banyak pada pemuda di era milenial sekarang ini.
“Kita bisa membayangkan bonus demografi 2030, sementara pemuda kita saat ini minim refleksi dan diskusi”, sebutnya.
Dian berpendapat, minimnya diskusi dan refleksi menjadikan peringatan hari-hari besar seperti sumpah pemuda, hari pahlawan dan lainnya, hanya akan berkesan sekadar seremonial belaka saja. Dian menyayangkan mahasiswa dan pemuda saat ini yang kebanyakan nongkrong berkumpul, tidak mau lagi berdiskusi membicarakan nasib bangsanya sendiri.
Hal senada juga disampaikan Ketua GMKI Siantar-Simalungun May Luther Dewanto Sinaga S.Th. Dia berpendapat, generasi muda saat ini tidak layak disebut sebagai generasi milenial, melainkan merupakan generasi merunduk.
“Kenapa merunduk?. Dikarenakan mereka sudah ketergantungan game maka cenderung individualistik, sangat jauh dari semangat sumpah pemuda yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan pemuda”, katanya.
Sementara, Ketua Himpunan Pemuda Nias Yafanus Buulo’lo SH mengatakan bahwa untuk membangun kesadaran pemuda diperlukan semangat literasi yang tinggi. Dia menilai bahwa teknologi harus dipandang dari dua sisi yang berbeda.
“Memang di suatu sisi teknologi membuat pemuda individualistik, malas berdiskusi dan berliterasi maka menjadi bodoh, tapi di sisi lain teknologi juga bisa kita gunakan untuk mempermudah kita dan menambah wawasan kita,” ungkap Yafanus.
Yafanus mengingatkan, dalam mengakses teknologi informasi pemuda harus berhati-hati agar tidak terlibat dengan hoax yang menjadi tantangan berat, bagi pemuda di era keterbukaan informasi yang seluas-luasnya saat ini.
Acara yang dimoderasi Gading Simangunsong, dirangkai dengan tanya-jawab yang dialogis antara pembicara dan peserta diskusi. Selepas diskusi, Panitia Pokja Penyelenggara acara beserta Pengurus GMKI Komisariat USI, memberikan piagam penghargaan sebagai bentuk terimakasih kepada para narasumber.
Ketua GMKI Komisariat USI Harry David Levi Lingga, didampingi Sekretaris Armada Prawira Gautama Simorangkir, berharap dengan diselenggarakannya diskusi itu mampu membuka semangat baru bagi pemuda untuk gencar berdiskusi, serta membangun kesadaran pemuda perihal tantangan zaman bagi mahasiswa dan pemuda kedepan.
“Semoga pemuda semakin mempersiapkan diri dalam menyambut revolusi 4.0 dan Bonus demografi”, pinta Harry David Levi Lingga mengakhiri.(EP).