Pendidikan sekolah mempunyai peran penting di dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, sumberdaya manusia akan tercipta bertujuan untuk kebaikan diri demi pembangunan suatu negara, terkhusus di Negara Indonesia tercinta. Pendidikan yang diberikan di sekolah, tentunya wajib dibarengi dengan pemberian pemahaman agama
melalui pelajaran pendidikan agama. Berbagai kegiatan keagamaan sebagai aplikasi dari pendidikan agama, perlu dilakukan agar setiap anak didik (siswa) memiliki kekuatan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Namun tak dipungkiri, kegiatan keagamaan yang dilakukan di sekolah, terkhusus kegiatan keagamaan Islam, sering tidak mendapatkan dukungan dari para orangtua anak didik (siswa).
Para orangtua acap menganggap kegiatan keagamaan Islam tidak begitu penting dibandingkan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Sikap orangtu sseperti ini, pun mesti disikapi secara arif dan bijaksana oleh guru agama Islam dengan berbagai upaya pemahaman yang disampaikan kepada para orangtua.
Kata Kunci: Peran Orangtua, Kegiatan Keagamaan Islam Terlaksana
Abstract
School education has an important role in human life. Through education, human
resources will be created aiming for self-good for the development of a country,
especially in our beloved country Indonesia. The education given in schools, of course, must be accompanied by the provision of religious understanding through religious
education lessons. Various religious activities as an application of religious education, need to be carried out so that every student (student) has personal strength who fears Allah SWT, God Almighty. However, it is undeniable that religious activities carried out in schools, especially Islamic religious activities, often do not get support from the
parents of students. Parents often consider Islamic religious activities to be less important than extracurricular activities at school. The attitude of parents like this must also be addressed wisely and wisely by Islamic religious teachers with various efforts to
convey understanding to parents.
Keywords: Role of Parents, Implemented Islamic Religious Activities
PENDAHULUAN
JURNAL PENDIDIKAN GURU
Kebanyakan orangtua anak didik (siswa) berpandangan bahwa kegiatan keagamaan Islam di sekolah bukanlah sebuah kegiatan bermanfaat bagi masa depan anak-anak mereka.
Para orangtua lebih mendukung anak-anaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lain dibandingkan kegiatan keagamaan Islam yang telah direncanakan guru agama Islam melalui program kegiatan tahunan sekolah, seperti perayaan Maulid Nabi, perayaan Isra” Mi’raj, Pesantren Kilat (Ramadhan Camp), Pengkaderan PHBI, Pengajian Setiap Minggu dan Keputrian Muslimah.
Pada kegiatan keagamaan Islam, para guru agama Islam tidak jarang mendapatkan upaya dari para orangtua agar anaknya tidak mengikuti kegiatan keagamaan Islam dengan berbagai alasan yang disampaikan. Padahal, itu bukanlah sikap yang baik untuk nilai-nilai kebaikan diri anak-anak mereka.
Tingkat pengetahuan agama dari guru Agama Islam, dalam upaya penyampaian akan pentingnya mengikuti kegiatan keagamaan Islam, sangat diperlukan agar pola pikir para orangtua anak didik (siswa) dapat terbangun. Sehingga para orangtua bisa mengarahkan anak-anak mereka untuk tetap mengikuti kegiatan keagamaan Islam yang telah ditetapkan setiap tahunnya.
PEMBAHASAN
Peran orangtua anak didik (siswa) dalam mendukung kegiatan keagamaan Islam harus dibarengi dengan berbagai upaya guru agama dalam menyampaikan pemahaman akan pentingnya kegiatan keagamaan.
Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan:
1. Orang Tua dan Guru
Peran Orang Tua Menurut (Khairani 2019: 20) peran merupakan suatu kompleksp pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Kata peran dalam kamus diartikan dengan yang berarti aktor, tugas seseorang atau fungsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Peran mempunyai arti pemain sandiwara (film), perangkat tingkah diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat”. (Heriyani 2010: 16-17) Mengatakan: “Orang tua, ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Seorang ayah berperan mengelola dan mengatur seluruh urusan anak serta memberi arah-arahan yang tepat dan berguna. Seorang ayah juga berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya dan juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya, karena dengan ilmu-ilmu itu, dia akan dapat membimbing dan mendidik dirinya sendiri dan keluarga menjad lebih baik.
Demikian halnya seorang ibu, disamping memiliki kewajiban untuk mencari ilmu karena ibulah yang selalu dekat dengan anak-anaknya.
2. Peran Guru
Peran ialah Pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar.
Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip- prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain, Guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik baiknya.
Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau, harus dilaksanakannya sebagai seorang guru.
Sardiman dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar”, diterangkan ada beberapa berpendapat tentang peran guru antara lain : Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai kominator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam hal ini anak didik.
Negara menuntut generasinya yang memerlukan binaan dan bimbingan dari guru. Guru dengan sejumlah buku yang terselip di pinggang datang ke sekolah di waktu pagi hingga petang, sampai waktu mengajar dihadiri dikelas untuk bersama-sama belajar dengan sejumlah anak didik yang sudah menantinya untuk diberikan pelajaran.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (siswa) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Oleh karena itulah, guru perlu menciptkan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswanya.
3. Hakikat Orang Tua
Hakikat Orang Tua Orang tua adalah guru pertama bagi anak- anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya.
Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua.
Dalam pera-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka
(Subianto, 2013).
Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, diantaranya pertama, pendidik. Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua, yang bertanggung jawab terhadap anak didiknya dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi psikomotorik.
Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pada dasarnya. Motivasi dari dalam (instrinsik) adalah dorongan yang timbul dari dalam diri pribadi tanpa rangsangan atau bantuan dari orang lain, sedangkan motivasi dari luar (ekstrinsik) merupakan motivasi eksternal yang timbul akibat rangsangan dari luar.
Dari kedua motivasi ini yang lebih efektif adalah motivasi instrinsik.
Ke empat. Fasilitator.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain.
Sebagai seorang yang sangat dekat dengan anak, orang tua mempunyai andil yang besar dalam menumbuhkan motivasi ekstrinsik karena dengan adanya motivasi ekstrinsik dalam diri anak, sehingga keadaan jiwa dan psikologis anak yang labil dapat dikendalikan.
Dan ke lima, Pembimbing.
Orang tua harus bersedia meluangkan waktunya untuk mendampingi anak-anaknya agar dapat membimbing belajarnya (Slameto, 2010).
4. Hakikat Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak selalu di lembaga pendidikan formal saja.
Perkataan guru mempunyai nilai yang agung dan sakral. Kata guru apabila diambil dari perkataan dan pepatah Jawa yang merupakan kepanjangan dari kata gu: digugu yaitu dipercaya, dipegangi kata-katanya. Sedangkan ru: ditiru yaitu diteladani dan dicontoh tingkah lakunya.
Jadi guru adalahsuatu perilaku seseorang yang dapat ditiru dan dicontoh baik ucapan maupun tingkah lakunya.
Adapun dalam istilah kamus, guru mempunyai arti: “Orang yang mata pencahariannya berprofesi mengajar.”
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan anak diidk untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Kemampuan dan potensi anak tidak berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Oleh karena itu tugas guru sangat berat, maka pantaslah guru mendapat penghargaan sebagai pahlawan tanpa tada jasa. Karena gurulah sehingga pembangun bangsa dan negara dapat terwujud juga dan karena gurulah maka kebodohan dapat diberantas baik melalui pendiidkan formal, kejar paket maupu pendidikan non formal.
5. Hakikat Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan agama Islam sebagai istilah yang digunakan dalam kegiatan pendidikan disekolah.
(Ahmad Tafsir 2001) menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam dilakukan sebagai nama kegiatan dalam mendidik agama Islam mata pelajaran namanya ialah agama Islam”.
Usaha – usaha dalam mendidikan agama Islam nama mata pelajarannya ialah Agama Islam” dam sebagainya.
Sedangkan, menurut pendapat (Muhaimin 2008) menyatakan bahwa “pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam”.
Dengan penjelasan menurut Muhaimin dan Ahmad Tafsir, jelaslah bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan/aktivitas atau usaha – usaha yang berdasarkan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
Menurut yang dikemukakan Syahidin dan Buchari bahwa “Pendidikan agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas,dikemas dalam bentuk mata pelajaran, yang diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat dengan PAI.
Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi.
Pernyataan tersebut memberi penjelasan bahwa pendidikan agma Islam di sekolah sebagai nama mata pelajaran dan juga bermakna program pendidikan yang dilaksanakan untuk menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran yang tidak terbatas di ruang kelas.
Keberadaan mata pelajaran “Pendidikan Agama Islam di sekolah umum merupakan salah satu program dari pendidikan Islam. Berfungsi sebagai media pendidikan Islam melalui lembaga pendidikan umum (Syahidin & Alma, 2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Hakikat orang tua merupakan seluruh peranan orang tua kepada anaknya meliputi sebagai pendidik, pelindung, motivasi, fasilitator dan pembimbing.
Sedangkan hakikat guru ialah membantu perkembangan anak diidk untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru juga sebagai pengganti orang tua di sekolah harus memberi kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik, agar mampu mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki anak.
Kolaborasi peran antara guru dan siswa dapat dilaksanakan melalui komunikasi yang baik agar proses pembelajaran untuk anak didiknya berjalan dengan baik.
Kolaborasi pada saat pembelajaran daring ini dapat dilakukan dengan saling mengkontrol anak dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada dan cara yang terbaik agar peserta didik dapat memahami dan mengerti pelajarannya kemudian orang tua mengawasi proses pembelajarannya anaknya dan mengecek semua proses pengerjaan tugas-tugasnya.
Selain itu, orang tua dapat selalu mengawasi anaknya saat penggunaan internet agar tidak disalahgunakan pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka
– Heriyani. 2010. Peran Orang Tua dalam Membimbing Belajar Anak Mata PelajaranPL Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV MI Ma‟arif Banjarparakan, Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009/2010. Purwokerto: Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Purwokerto.
– Khairani, Wardina. 2019. Peran Orang tua Terhadap Penggunan Media Internet Dalam Perilaku Keagamaan Anak (Studi pada Keluarga Muslim di Kelurahan Bandar Jaya Barat Kecamatan Terbanggi Besar). Lampung, JurusanKomunikasi dan Penyiaran Islam UIN Raden Intan Lampung.
– Muhaimin. (2008). Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
– Nugraha, A., & Rahman, F. A. (2017). Strategi kolaborasi orangtua dengan konselor dalam mengembangkan sukses studi siswa. Jurnal Konseling Gusjigang, 3 (1).
– Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter berkualitas. Edukasia: Jurnal Penulisan Pendidikan Islam, 8 (2).
– Syahidin, & Alma, B. (2009). Moral dan Kognisi Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
– Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.(*)