Restorasidaily.com | TEBING TINGGI
Pengaruh bahan psitropika bukan saja terjadi di kalangan orang dewasa, namun sudah merambah ke sejumlah pelajar SMP dan SD.
Seperti yang terjadi di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Sebanyak tujuh pelajar, 4 orang duduk di bangku Sekokah Dasar (SD) dan 3 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diketahui mengkonsumsi zat adiktif agar bisa ’fly’. Parahnya lagi, alat isap yang digunakan terbuat dari fitting lampu listrik.
Itu terungkap saat pihak BNNK Tebingtinggi mengamankan ketujuh pelajar tersebut untuk dilakukan pembinaan, agar perilaku mereka tidak dicontoh pelajar lainnya.
Kepala BNNK Tebingtinggi, Bambang Rubianto SH menjelaskan, diamankannya ketujuh pelajar tersebut setelah menerima laporan para orangtua yang melihat anaknya mengisap zat adiktif tersebut. Selanjutnya, pihaknya pun memanggil para orangtua ketujuh pelajar untuk dimintai keterangan.
Ketujuh pelajar tersebut menggunakan zat adiktif tersebut terlebih dahulu membeli fitting lampu listrik. Kemudian, memasukkan kapas yang dilumuri zat perasa seperti madu rasa, obat ketiak seperti Rexona, Sirup Kurnia dan Liqua. Selanjutnya, ditutup dan fitting lampu listrik ditutup menggunakan pulpen dan bawahnya dibakar hingga menimbulkan panas. Adanya penguapan pembakaran, maka akan menimbulkan senyawa kimia berupa asap.
“Asap itulah yang dihisap para pelajar. Awalnya tak enak, namun lama kelamaan akan menimbulkan fly,”jelas Bambang, Jumat (20/10).
Menurut Bambang, ketujuh pelajar tersebut belajar dari orang dewasa yang bisa merusak generasi bangsa. Penggunaan zat adiktif model baru ini digunakan untuk merangsang otak hingga bisa mengakibatkan ’fly’ seperti orang mabuk. Dicontohkannya, seperti kondisi fly mengirup lem, bensin dan cat.
Cara menggunakannya, para pelajar membeli fiting lampu listrik, kemudian kapas dibasahi zat seperti obat ketiak seperti Rexona, Sirup kurnia dan Liqua lalu ditutup fiting lampu listrik dan pulpen kemudian di bagian bawah dibakar menggunakan mancis. setelah panas, maka akan timbul senyawa kimia dan keluar asap.
Agar tidak dicontoh pelajar lainnya, lanjut Bambang, pihaknya pun memanggil pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Tebingtinggi, dengan tujuan untuk memberikan imbauan kepada pelajar agar tidak meniru hal yang sama.
Begitu juga kepada orangtua, tambah Bambang, agar lebih meningkatkan pengawasan kepada anak-anaknya. ”Apalabila menemukan dan mencurigai perubahan tingkah laku anak yang berubah, segera melapor ke BNNK Tebingtinggi,”pinta Bambang.
“Kita harus menyikapi temuan ini agar tidak terulang kembali. Kepada pihak sekolah untuk terus melakukan mbauan atas bahaya menggunakan zat aditif lainnya, karena bisa mengganggu kesehatan anak dan merusak masa depannya,”sambungnya.
Salah seorang pelajar perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar, mengaku mengisap zat adiktif tersebut setelah dipaksa kakak kelasnya. “Awak dipaksa untuk isap alat itu oleh kakak kelas, tapi aku tak mau dan bilang sama orangtuaku,” ucap seorang siswi SDD itu.
Sedangkan tiga pelajar SMP yang diamankankan itu mengaku mengisap zat adiktif itu dari temannya yang sudah pindah ke Siantar.
Karena campuran obat model baru yang masuk dalam zat akdiktif lainnya telah merangsang fungsi saraf dan terpengaruh setelah menggunakan zat akdiktif ini, seperti dahulu, banyak orang menggunakan cat, lem dan bensin yang banyak di hisap oleh anak anak remaja. (Erwin)