Restorasidaily | Pematang Siantar SUMATERA UTARA
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut) kini telah memiiki alat mamografi canggih guna melakukan skrining penderita kanker payudara sehingga bisa ditangani lebih dini.
Direktur RSUD dr Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar, dr Aulia Sukri Sambas MKM, mengemukakan kanker payudara memiliki risiko kematian tinggi sehingga harus dilakukan pemeriksaan khusus.

“Pemeriksaan kanker payudara atau mamografi skrining dengan detil hanya bisa dilakukan menggunakan foto rontgen khusus,” Ujar Dirut Djasamen saat menjamu kehadiran rekan wartawan lainnya di depan ruangan Radiologi RSUD Djasamen Saragih Pematang Siantar, Pada Kamis (14/9/2023).

Pihaknya mengungkapkan bahwa kanker payudara merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia, termasuk Indonesia. Survei yang dilakukan WHO menyatakan bahwa 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara.
Ia mengaku, meski memiliki risiko kematian tinggi, masyarakat masih sering abai dengan penyakit ini. Data Yayasan Lembaga Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 70 persen pasien kanker payudara baru datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah dalam keadaan stadium lanjut.
“Keterbatasan peralatan yang dimiliki rumah sakit turut memperburuk resiko penyakit ini. Masih banyak rumah sakit yang melakukan pemeriksaan kanker menggunakan USG. Padahal ada kelainan yang tidak bisa dideteksi seperti mikrokalsifikasi (bintik kecil seperti kapur pada payudara yang bisa menjadi pertanda kanker),” kata Aulia
Guna mendukung upaya Transformasi Layanan Kesehatan, terutama layanan rujukan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut) kini dilengkapi dengan alat dan fasilitas layanan mamografi skrining. Dan alat ini merupakan satu-satunya yang ada di Kota Pematang Siantar, Sumut.
Alat ini bekerja dengan melakukan tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya. Memanfaatkan sinar X, alat ini mampu memotret jaringan payudara dari empat sisi, yakni atas, bawah dan sisi kanan-kiri, untuk mengantisipasi persebaran tumor atau kanker hingga ketiak.
Dari pemeriksaan tersebut, Radiolog bisa mengevaluasi gambar yang terekam untuk melihat kemungkinan adanya tumor.
Mammografi adalah alat pemeriksaan radiologi yang ditujukan untuk melihat ada atau tidaknya kelainan yang mengarah pada kanker di area payudara. Prosedur ini menggunakan foto X-Ray dan disarankan untuk pasien yang berusia di atas 35 atau 40 tahun.
“Alat ini bekerja dengan dua prinsip, yakni skrining dan diagnosa. Skrining untuk pemeriksaan pasien tanpa gejala. Sedangkan diagnosa untuk pasien dengan gejala,” kata dr Even Sitorus, Sp. Rad, dokter spesialis Instalasi Radiologi di RSUD Djasamen Saragih Pematang Siantar.
Mamografi skrining dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada payudara tanpa adanya keluhan. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi kanker payudara sejak dini, terutama pada golongan yang berisiko.
Mamografi diagnosa dilakukan untuk mencari tahu penyebab munculnya keluhan atau perubahan pada payudara, seperti nyeri, benjolan, perubahan warna kulit di sekitar payudara, penebalan puting, atau keluarnya cairan dari puting. Mamografi diagnosa juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil mamografi skrining yang tidak normal.
dr Even menambahkan Pelayanan Mammografi di RSUD Djasmen Saragih ini menggunakan Peralatan yang paling canggih di Kota Siantar Simalungun.
“Alat Mammografi ini Yang terbaik di antara Rumah sakit wilayah Siantar Simalungun” Kata dr. Even Sitorus yang merupakan alumni dari UGM Jogjakarta
Pelayanan Mammografi RSUD Djasmen Saragih menerima Pasien BPJS dan Umum. “Kami melayani pasien BPJS dan Umum” Ujar bapak tiga anak yang berdomisili di Jalan Cornel Simanjuntak no 129 Kota Pematang Siantar.
Lebih lanjut Dokter Spesialis Radiologi mengatakan Faktor resiko kanker payudara, antara lain menstruasi pertama kurang dari 12 tahun, monopause melebihi 50 tahun, belum pernah melahirkan, tidak pernah menyusui, melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 35 tahun, memiliki riwayat penyakit tumor jinak, radiasi di dada, maupun penyakit kanker pada anggota keluarga lain, serta perokok aktif atau pasif.
Even menambahkan, deteksi dini pada kanker payudara yang termudah, dengan pemeriksaan payudara sendiri (sadari). Cara ini dilakukan pada tujuh sampai 10 hari setelah menstruasi, mengingat menjelang dan beberapa saat setelah menstruasi, ada pembengkakan pada kelenjar susu.
“Pertama, dengan menghadap ke kaca, amati payudara yang telanjang saat tangan diangkat ke atas. Lihat pergerakannya, apa ada yang tidak simetris. Kedua, turunkan tangan dan kuatkan, perhatikan puting, kulit di sekitar payudara, apakah ada perubahan dan bagaimana pergerakannya,” terang pria ramah yang mengaku merupakan anggota dari Kagama Sumut
Langkah ketiga, pencet puting, perhatikan apakah ada cairan yang keluar, baik darah atau cairan putih. Lakukan perabaan dengan tiga jari secara mengitari seluruh payudara ke arah luar, hingga ketiak. Rasakan kemungkinan adanya benjolan yang mencurigakan. Waspadai jika puting berubah melesak ke dalam, kulit di sekitar payudara berwarna kemerahan atau berpori besar, cekung seperti lesung pipi, tebal dan bersisik.
“Deteksi dini bisa juga dilakukan dengan pemeriksaan payudara klinis (sadarnis), USG payudara, mammografi. Untuk pemeriksaan mammografi, dianjurkan pada wanita usia lebih dari 40 tahun, karena pada usia kurang dari 40 tahun, jaringan payudara masih padat, sehingga bisa mengaburkan hasil,” beber Even
Ditambahkan, mammografi memiliki kepekaan tinggi karena dapat mendeteksi mikrokalsifikasi hingga ukuran urang dari 100 mikrometer. Alat ini juga dapat memperlihatkan lesi sebelum dapat teraba dengan sadarnis, bahkan bisa diketahui sekitar satu sampai dua tahun sebelum teraba dengan sadari.
Dalam melayani Mammografi RSUD Djasmen Saragih Pematang Siantar diruang instalasi Radiologi dr Even Sitorus, Sp. Rad dan dr Nova Saragih, Sp. Rad Dibantu staf di Instalasi Radiolog yakni Yuli Martha Krist Damanik, S.Si, M.Si sebagai Fisikawan Medis dan Kepala Ruangan Radiologi, Heryanti Hutapea, AMR
Sebagai penanggung jawab PPR dan Radiografer. Sabani, AMR, Tiruan Sitorus, AMR, Rosmegawati Hutahaean, AMR, Rolina Girsang, AMR Nadia Wirdani, AMR, Hetty SR Silalahi, AMR, Eslinda Purba, AMR, Hetbi Sihite, AMR, Ester Simamora, AMR, Marlina Sitorus, AMR dan Junita Simanjorang, , AMR.(ADV)





