Restorasidaily | Yogjakarta, INDONESIA
Media digital di Indonesia tumbuh sekitar tahun 1990-an, dan sesuai perkembangannya Indonesia menjadi pengguna medsos terbesar di dunia dan merubah praktik jurnalistik dari cetak (koran) ke digital.
Bahkan saat ini pertumbuhan media siber di Indonesia, paling banyak di Sumatera Utara dan Jawa Barat. Dari 1800 media yang terverifikasi di Dewan Pers, 1.015 media siber, 377 TV, 18 radio dan 442 cetak.
Hal ini diungkap Nurmayanti, Redaktur Pelaksana Liputan6.com saat kegiatan Capacity Building Media yang diadakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Pematangsiantar di Hotel Marriot Yogyakarta, Jumat (30/11/2024).
Capacity building media diikuti wartawan ekonomi dan bisnis Siantar-Simalungun dan beberapa content creator.
Dalam rangka meningkatkan wawasan dan mengedukasi bagaimana menyajikan berita secara cepat dan akurat dengan menghadirkan narasumber Nurmayanti sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) Liputan6.com
Dengan tema “Jurnalisme digital di era Disrupsi meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam pelaporan berita”
Disrupsi adalah perubahan besar-besaran akibat inovasi, penggunaan tekhnologi baru atau perubahan paradigma baru.
“Saat ini media bersaing dengan masyarakat , konten kreator dan influencer. Makanya media saat ini tidak baik-baik saja,” kata Nurmayanti.
Untuk terus bersaing, media harus menyajikan /memiliki tulisan yang khas/ spesialis. Dan berita yang dihasilkan wartawan/media lebih lengkap dan akurat melakukan cek dan ricek dan narasumber yang jelas, berbeda dengan postingan yang disajikan konten kreator.
Dampak Disrupsi digital kata Nurmayanti adalah tumbuh dan berkembangnya media online, perubahan model bisnis, jurnalisme warga (content creator), tantangan verifikasi.
“Akurasi dan kecepatan menjadi 2 faktor yang harus dilakukan pada era digitalisasi. Kalau saya melakukannya dengan memetakan data dan membuat template,” katanya.
Menurut Nurmayanti yang juga mantan wartawan istana pada masa pemerintahan SBY, menjelaskan bahwa jurnalisme digital memiliki aksebilitas, interaktivitas, multimedia, cepat dan personalisasi.
“Bisa diakses kapan dan dimana saja melalui perangkat digital dan konten berita bisa disesuaikan,” jelasnya.
Perubahan peran jurnalis, harus multitasking, jurnalis tidak hanya menulis artikel tetapi juga harus aktif di media sosial untuk berinteraksi dengan pembaca dan mempromosikan konten.
Keterampilan digital, jurnalisme dituntut memiliki kemampuan tambahan seperti video, editing, fotografi, dan analisis data data menjadi semakin penting bagi jurnalis.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia melalui manajer kehumasan Anto Yulianto, Santy W Hutajulu dan Syandriani Harahap mengatakan kegiatan capacity building media sebagai wujud kepedulian Bank Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan jurnalis ekonomi dalam penyajian berita yang cepat dan akurasi.
Harapannya, kegiatan capacity building dapat berjalan baik dan hasilnya berdampak bagi wartawan dalam penyajian berita yang akurasi kepada publik. Berita yang disajikan menjadi informasi publik yang berkualitas.(Dharma Setiawan)