FILSAFAT ETIKA DAN ILMU
Oleh : Sovi lutfiani
Abstrak
Filsafat sudah ada pada masa Yunani, sekira dua ribu lima ratus tahun yang lalu, untuk mencari kebenaran dan ini merupakan lahirnya bagi ilmu pengetahuan . filsafat adalah ibu dari ilmu pengetahuan . ilmu pengetahuan adalah ilmu yang membantu manusia untuk menyelesaikan masalahnya.
Ilmu pengetahuan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun karena perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat, maka terjadinya perubahan paradigma yang begitu cepat, sehingga ilmu terpisah dari dimensi etisnya. Sehinnga ilmu kehilangan esensinya.
Moto Francis Bacon mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuatan, kemudian menyebabkan hilangnya hakikat. Ilmu pengetahuan pada gilirannya yang akan mengarahkan manusia kepada kehancuran dan penderitaan bagi manusia.
Kata kunci : Filsafat, Etika, Ilmu Pengetahuan, Manusia
Pendahuluan
Kalimat di atas adalah kata mutiara yang tertulis di batu nisan Immanuel Kant, seorang Filsuf yang menekankan pentingnya moral di tengah dominasi akal pada zaman modern.
Menurut Kant, keunggulan manusia terletak pada moralitas, di mana manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Sementara itu, Francis Bacon, Filsuf Empirisme Inggris, mengusung semboyan “Knowledge is Power”.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang mempermudah kehidupan manusia. Namun muncul pertanyaan penting, apakah benar akal adalah satu-satunya keunggulan manusia?. Dampak negatif ilmu pengetahuan perlu dipertimbangkan. Dalam konteks ini, semboyan Bacon sebaiknya diubah menjadi “Knowledgew is Power, but moral is more’.
Pembahasan
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, yang berarti Cinta (philos) akan kebijaksanaan (sophia). Muncul pada abad ke-5 S M, Filsafat menandai pergeseran dari era mitos menuju penggunaan akal sebagai alat pencarian kebenaran, dikenal sebagai era Logos.
Filsafat disebut sebagai Mother of Science karena menjadi akar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Seiring waktu, ilmu pengetahuan menjadi semakin spesifik dan terpisah satu sama lain, hingga sering melupakan hakikatnya. Filsafat sendiri memiliki dua pengertian: sebagai produk—berupa teori, konsep, atau sistem berpikir—dan sebagai proses berpikir kritis untuk memecahkan masalah dengan metode tertentu. Sebagai ilmu, filsafat meneliti “yang ada” (Manusia, Alam, Tuhan) dengan pendekatan mendalam untuk menemukan esensi masalah.
Pemikiran filsafat bersifat kritis, radikal, rasional, sistematis, dan komprehensif. Cabang utama filsafat meliputi ontologi (hakikat keberadaan), epistemologi (pengetahuan), dan metodologi (cara ilmiah).
Cendekiawan memiliki beberapa sikap penting:
1. Komitmen pada kebenaran: Berani menyuarakan kebenaran meski berisiko.
2. Rasa ingin tahu: Selalu mencari jawaban atas masalah secara menyeluruh dan ilmiah.
3.Sikap kritis: Mengembangkan budaya bertanya dan memverifikasi kebenaran.
4. Mandiri: Berpikir obyektif tanpa terpengaruh kepentingan tertentu.
5. Terbuka: Menerima pendapat berbeda dan gagasan baru untuk memperluas wawasan.
6. Menghargai karya orang lain: Berdialog intensif dengan kolega dan masyarakat.
7. Visioner: Bertindak sebagai change maker yang mengubah masyarakat menuju kemajuan.
Kesimpulan
Terdapat hubungan erat antara filsafat, etika, dan ilmu. Ilmu yang berkembang secara mandiri tetap membutuhkan dasar filosofis. Dasar filosofis ini memastikan ilmu tetap sesuai dengan hakikatnya.
Meskipun otonom, ilmu tidak netral terhadap nilai. Selalu terikat pada nilai-ilai etika, terutama dalam penerapannya. Etika, sebagai cabang filsafat, memberikan panduan bagi perkembangan ilmu agar bermanfaat bagi manusia(*)